Tantangan penetrasi internet Indonesia pada 2020 

Sayangnya,  setidaknya lima tahun terakhir, pola prilaku dan preferensi pengguna layanan seluler dan data tetap didominasi akses konsumtif.

Muhammad Sufyan Abdurrahman

Rasanya, belum lama ketika Alinea.id merilis data pengguna Internet Indonesia 2017 berjumlah hampir 150 juta. 

Hanya perlu waktu kurang tiga tahun, merujuk prediksi terbaru firma global asal Amerika Serikat, We Are Social, akhir Februari lalu, pengguna Internet Indonesia pada 2020 mencapai 175,4 juta atau naik 17% dari 2019. Jumlah ini setara 64%, atau sudah lebih separuh penduduk Indonesia terakses dunia maya. Sebuah pencapaian grafik eksponensial (rerata tumbuh 16 juta pengguna/tahun) yang niscaya sulit ditandingi sektor industri lainnya. 

Statistik ini sangat menarik karena mengikuti posisi sebelumnya ketika telepon seluler tak lagi menjadi alat prestise simbol sosial sekitar mulai 2005; Internet hari ini adalah layanan standar pada semua starata sosial-ekonomi masyarakat.

Riset per November 2019, juga dari We Are Social menyebutkan, sepuluh media sosial utama di Indonesia adalah Youtube dengan 132 juta pengguna, WhatsApp 125 juta, Facebook (122 juta), Instagram (120 juta), Line (89 juta), Twitter (78 juta), FB Messanger (71 juta), BBM (57 juta),  LinkedIn (50 juta), dan Pinterest (4 juta).

Sayangnya,  setidaknya lima tahun terakhir, pola prilaku dan preferensi pengguna layanan seluler dan data masih tetap didominasi akses konsumtif yang boros (heavy consumer) simultan dengan posisi pengguna minim bahkan nihil literasi digital.