AI dalam jurnalisme: ke mana tujuan media?

Setidaknya enam fungsi pengganti sudah dikerjakan AI dalam jurnalisme

ilustrasi. foto Pixabay

Di dunia saat ini yang diatur oleh digitalisasi, teknologi menggerakkan jurnalisme. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang terlibat dalam pekerjaan menyumbang sekitar 10-12% dari total fungsi di industri.

Dalam jurnalisme otomatis, juga dikenal sebagai jurnalisme algoritmik atau jurnalisme robot, artikel berita dihasilkan oleh program komputer. Melalui perangkat lunak AI, cerita diproduksi secara otomatis oleh komputer daripada reporter manusia. Program-program ini menafsirkan, mengatur, dan menyajikan data dengan cara yang dapat dibaca manusia. Biasanya, prosesnya melibatkan algoritma yang memindai sejumlah besar data yang disediakan, memilih dari berbagai struktur artikel yang telah diprogram sebelumnya, memesan poin-poin kunci, dan memasukkan detail seperti nama, tempat, jumlah, peringkat, statistik, dan angka lainnya. Keluarannya juga dapat disesuaikan agar sesuai dengan suara, nada, atau gaya tertentu.

Setidaknya enam fungsi pengganti sudah dikerjakan AI dalam jurnalisme meliputi Machine-Written Articles (Artikel yang Ditulis dengan Mesin), Transcribing Audio and Video Interviews (Mentranskripsi Wawancara Audio dan Video), Flagging Alerts (Menandai Peringatan). Serta Powering Journalistic Processes (Mendukung Proses Jurnalistik), Controls bias (Mengontrol bias), dan Robot as news reporters (Robot sebagai reporter berita).

Machine-Written Articles (Artikel yang Ditulis dengan Mesin): AI dapat membantu reporter manusia dalam pekerjaan yang lebih kompleks, seperti artikel berdurasi panjang, analisis mendalam, dan jurnalisme investigasi. Artikel yang ditulis AI saat ini terbatas pada topik sederhana dan formula termasuk hasil pasar saham, skor permainan olahraga, dan lain-lain.

Transcribing Audio and Video Interviews (Mentranskripsi Wawancara Audio dan Video): AI dapat menghemat waktu berharga reporter dengan menyalin wawancara audio dan video. Ini mengubah data audio menjadi teks sehingga jurnalis dapat fokus pada memperoleh wawasan daripada menyalin wawancara audio atau video.