Kebebasan pers rendah, 60 kekerasan pada wartawan terjadi tiap tahun

"Kalau diambil rata-rata satu bulan, ada lima orang jurnalis mengalami tindak kekerasan.

Sejumlah wartawan yang tergabung di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengikuti aksi unjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (1/5)./ Antara Foto

Aliansi Jurnalis Independen atau AJI menyatakan kebebasan pers di Indonesia belum menggembirakan. Menurut Sekretaris Jenderal AJI Revolusi Riza, terjadi 60 kasus kekerasan terhadap wartawan setiap tahun dalam satu dekade terakhir.

"Artinya kalau diambil rata-rata satu bulan, ada lima orang jurnalis mengalami tindak kekerasan, baik itu intimidasi, dipukul, dirampas alat liputannya, atau mungkin dihalang-halangi dalam melakukan proses liputan," ujar Riza di Jakarta, Jumat (13/12).

Menurutnya, AJI masih terus menghimpun jumlah kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi sepanjang tahun ini. Hingga Oktober 2019, pihaknya mencatat sudah ada 43 kasus kekerasan terhadap pewarta.

Kekerasan paling dominan terjadi saat wartawan meliput aksi demontrasi dengan jumlah massa yang banyak, seperti unjuk rasa 21-22 Mei di depan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Jakarta Pusat.

"Saat demo 21-22 Mei di Bawaslu, itu ada 20 orang jurnalis yang mengalami tindak kekerasan dalam dua hari itu," ucap dia.