Aye Chan Naing, menantang maut menjadi mata dunia di Myanmar

Saya tidak seharusnya menjadi jurnalis. Sebenarnya saya mestinya menjadi seorang dokter gigi, kata Aye Chan.

Aye Chan Naing. foto CPJ

Jurnalis Myanmar, Aye Chan Naing, dipersembahkan Penghargaan Kebebasan Pers Internasional 2021 oleh Komite Perlindungan Wartawan (Committee to Protect Journalists, CPJ), dua pekan lalu.

CPJ merupakan organisasi non-pemerintah non-profit independen Amerika, yang berbasis di New York City, menjalin kerja sama dengan koresponden di seluruh dunia. CPJ mempromosikan kebebasan pers dan membela hak-hak jurnalis.

Aye Chan Naing menjadi salah satu pendiri, pemimpin redaksi, dan direktur eksekutif dari Democratic Voice of Burma (DVB), sebuah grup media penyiaran independen di Myanmar.

Dialah kunci pendirian DVB di Oslo, Norwegia, pada tahun 1992 sebagai radio gelombang pendek untuk menyiarkan berita independen, mempelopori gerakan media pengasingan Myanmar di mana reporter bawah tanah dalam negeri menghasilkan dan menyebarkan berita yang tidak mungkin dipublikasikan dari dalam negara dengan pemerintahan militer saat itu.

Aye Chan Naing memimpin transisi grup media dari operasi berbasis di pengasingan ke dalam negeri pada 2012, ketika jaringan jurnalis bawah tanah DVB muncul ke permukaan untuk mendirikan media penyiaran independen pertama di negara itu dalam beberapa dekade.