Bertutur dalam berita sastrawi

Buku berjudul Jurnalisme Sastra seperti oksigen mengalir ke ruang hampa pembaca yang menginginkan lebih dari sekadar kabar baik.

Buku jurnalisme sastra karya: Septiawan Santana Kurnia. Foto Arpan Rachman

Bagaimana lead berita harus ditulis? Lead berita ternyata boleh dibuat seperti ini:

"Badut terpeleset, singa mengaum, dan artis trapeze yang gemerlap melayang-layang di atas penonton saat terompet membunyikan mars Sousa kemarin. Bella Si Badut menggiring kelompok sirkus Big Apple kembali memasuki kota".

Cukupkah informasi kepada publik dituangkan lewat rumus 5W1H (What-Who-When-Where-Why-How) semata? Tidak, terkadang itu saja belum cukup.

Mungkinkah teknik menulis ringkas "menghabisi ruang" secepatnya dengan cara "menjejalkan" sebanyak mungkin atau seluruh pokok pikiran dalam karangan berita sejak paragraf pertama sedikit-banyak diubah penulis berita dengan cara yang agak lain? Ya, mungkin saja.

Buku berjudul Jurnalisme Sastra karya Septiawan Santana Kurnia (2002) seperti oksigen mengalir ke ruang hampa pembaca yang menginginkan lebih dari sekadar kabar baik. Panduan mengenai apa dan bagaimana (know-how) dalam sejenis kitab dikarang seorang pengajar jurnalistik kawakan yang enteng pula untuk konsumsi kalangan umum.