Disrupsi digital melahirkan jurnalisme instan, clickbait, dan hoaks

Disrupsi digital, yang kedua, memunculkan jurnalisme Clickbait. Clickbait journalism, yaitu jurnalisme yang bombastis.

ilustrasi. Istimewa

Dunia mengalami disrupsi digital. Semua bidang mengalami disrupsi digital, apalagi bidang media atau jurnalistik. Banyak tantangan muncul karena disrupsi digital ini. Secara jurnalisme, yang muncul sebagai contoh, salah satunya adalah jurnalisme instan.

Instant journalism itu adalah jurnalisme yang mengutip begitu saja, misalnya postingan media-media sosial. Padahal pers atau jurnalisme sebagai pembentuk arus utama opini semestinya tidak menjadi pengekor tetapi menjadi pelopor wacana publik yang terjadi di masyarakat.

Wawasan itu dijabarkan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong pada loka karya memeriahkan Hari Pers Nasional 2022 di Kendari.

Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional tahun 2022, Monumen Pers Nasional menyelenggarakan loka karya jurnalistik bertajuk 'Wartawan Bisa Apa di Era Digital?' yang diadakan di empat kota Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Kendari secara simultan. Usman berbicara pada kesempatan itu seperti dikutip dari tayangan Sekolah Vokasi UGM, Senin (7/2/2022).

Menurut Kansong, disrupsi digital, yang kedua, memunculkan jurnalisme Clickbait. Clickbait journalism, yaitu jurnalisme yang bombastis, sensasional, terutama di judul, demi meraih clickbait. Katanya, yang lain lagi, ketiga, munculnya hoaks. Hoaks ini sebetulnya bisa dikontra-narasikan oleh media mainstream.