"Betul, oplah naik. Tetapi di situlah saya menemukan pukulan yang luar biasa dan saya merasa berdosa sampai hari ini."
"Tidak bhinneka, bukan Indonesia. Keberagaman bukan untuk diseragamkan."
- Maman Suherman
Mengawali kariernya sebagai reporter pada 1998 hingga menjabat pemimpin redaksi di Kelompok Kompas Gramedia, Maman Suherman berhenti pada 2003. Sekarang, dia menjadi penulis terkenal dengan banyak judul buku telah dibesut tangan dinginnya.
Figurnya termasyhur di publik sebagai sosok berkepala plontos, berkaca bulat, dan murah senyum. Maman bernostalgia kala dirinya dulu sibuk berkiprah sebagai wartawan. Nostalgia itu ditayangkan dalam podcast Notulen Kang Maman, Kamis (24/2/2022).
"Puluhan tahun saya jadi wartawan, saya selalu diingatkan bahwa produk jurnalistik itu kata kuncinya dua: verifikasi dan konfirmasi. Tanpa itu, bukan produk jurnalistik. Tetapi pengalaman membuktikan, (walaupun) sudah punya dua patokan tersebut, saya masih menganggap belum cukup. Apa buktinya, misalnya?" dia beretorika membuka pertunjukan.
Retorika itu diiringi persuasi. Pemirsa podcast diajaknya untuk membayangkan. Dia pernah didatangi oleh seorang anggota tim yang dibawahinya. Anggota tim berkata, "Ada satu artis kita yang berjuang di luar negeri, terkena AIDS." Saat itu di tahun 90-an, ledakan berita tersebut akan luar biasa, pasti bisa menaikkan oplah.