Dari medsos ke pers, bergulirnya cuitan BEM UI terkait Jokowi

Sikap BEM UI mengkritik presiden, bisa diapresiasi, tetapi kritisisme melalui media sosial, sangatlah rawan terjebak UU ITE.

Ilustrasi. ist

Portal media arus utama berebut menyajikan konten berita paling laris jadi artikel terpopuler versi Google News di Indonesia, pekan lalu. Bahannya diolah dari cuitan Twitter yang menjadi topik paling tren.

Admin akun resmi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia mencuit, "Jokowi: The King of Lip Service" (semua huruf ditulis kapital dalam sebuah meme), Sabtu (26/6). Sedikitnya unggahan itu mendapat 20,5 ribu retweet, 6.663 tweet kutipan, dan 55,3 ribu disukai, cuitan itu juga memantik reaksi otoritas kampus UI melayangkan surat panggilan kepada mereka. BEM UI telah menegaskan tidak akan menghapus cuitan tersebut.

Diakses pada Rabu (30/6), laman Google Berita mengumpulkan sebanyak 32 media arus utama menyumbang 87 artikel populer. Konteksnya senada tentang BEM UI mencuitkan meme Presiden Joko Widodo. Varian sumbernya banyak, dari komentar pengamat sosial dan politik, direktur Lembaga Swadaya Masyarakat, ulama, ahli di Kantor Staf Presiden (KSP), hingga suara sesama BEM universitas, dan lainnya.

CNN Indonesia terbanyak dengan tujuh artikel populer. Ketika memuat berita dengan topik cuitan medsos BEM UI, redaksi tidak terkendala kesulitan. "Tantangannya relatif minim. Tidak ada yang signifikan. Tudingan (itu) harus dijawab dengan konfirmasi dari yang dituduh," kata Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana CNN Indonesia. Dia mengaku belum puas dengan sebaran berita tersebut.

Ruang terbuka di media arus utama sudah dimasuki postingan media sosial (medsos). Berita laris seperti itu menunjukkan lazimnya praktik tersebut dalam jurnalisme Indonesia.