Saat konglomerat media berpolitik

Konglomerat pemilik media ramai-ramai terjun ke dunia politik. Dampaknya, pemberitaan bakal terpengaruh oleh pandangan politik sang pemilik.

Peneliti Media Wisnu Prasetya Utomo mengatakan ketika oligarki hadir di media berakibat publik tidak akan melihat isu substantif informasi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidupnya. / Pixabay

Konglomerat pemilik media ramai-ramai terjun ke dunia politik. Dampaknya, pemberitaan bakal terpengaruh oleh pandangan politik sang pemilik.

Peneliti Media Wisnu Prasetya Utomo mengatakan ketika oligarki hadir di media berakibat publik tidak akan melihat isu substantif informasi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidupnya.

"Ketika khalayak diajak membicarakan isu-isu yang substantif, ini akan menjadi blunder bagi para pemilik media itu sendiri," ujar Wisnu, dalam diskusi bertajuk Media Oligarki Sayonara Demokrasi Kita?, di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta Pusat, pada Jumat (22/2).

Wisnu menjelaskan fenomena oligarki media sudah terjadi pasca reformasi tahun 1998. Ia mengistilahkan fenomena permasalahan tersebut dengan mediatisasi politik. Ia mengartikan, kondisi seperti itu menyebabkan media menjadi alat untuk menentukan politik elektoral.

Kendati demikian, mediatisasi politik membuat media menjadi partisan pada salah satu golongan. Hal ini yang akan juga mempengaruhi konten informasi yang diproduksi dari media massa.