Seduction, bentuk pelecehan yang menimpa Via Vallen

Kasus Via Vallen, kategori pelecehan seksual yang bisa dialamatkan oleh pelakunya adalah kategori seduction.

Kasus Via Vallen, kategori pelecehan seksual yang bisa dialamatkan oleh pelakunya adalah kategori seduction./Pexels.com

Ada apa dengan masyarakat kita yang menanggapi sinis dan menilai berlebihan atas reaksi Penyanyi Via Vallen atas pelecehan seksual yang menyerangnya? Seperti judul artikel Tirto.ID, Via Vallen melawan pelecehan dan dia harus didukung. Seperti itulah seharusnya sikap masyarakat Indonesia saat ini. 

Mengapa? Jawaban paling mudah adalah karena penyanyi dangdut dengan spesialis dangdut koplo ini bukan dalam menampilkan foto syur atau seksi dalam halaman akun instagramnya. Via hanya mengunggah gambar untuk mengajak para pengikut atau follower di instagramnya untuk mengkaver lagunya berjudul Jerit Atiku. 

Selain respons semangat para followernya untuk mengikuti kompetisi kaver lagu Via, rupanya ia mendapat direct message yang disebut Via berasal dari pemain sepak bola yang justru membuat kesal Via dan dianggap melecehkan dirinya sebagai perempuan. Saat ia berusaha melawan dan berani untuk bersuara seperti yang telah dilakukan oleh aktris Hollywood dengan gerakan #MeeToo, justru Via harus menanggung beban moril dari komentar warganet. 

Memang tidak sedikit yang membela Via, tapi sangat disayangkan bila perspektif budaya media sosial warganet masih menampilkan sikap tidak empati kepada korban. Sikap tidak membela dan menilai berlebihan Via yang mendapat pesan " I want u sign for me in my bedroom, wearing sexy clothes" menganggap enteng bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan. 

Maka perempuan didorong untuk berani melaporkan segala bentuk pelecehan kepada aparat hukum. Seperti yang dilaporkan Alinea.id, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily mengimbau, para korban bullying dan pelecehan seksual untuk melaporkan kasusnya ke pihak yang berwajib karena tindakan tersebut tidak dibenarkan secara etika maupun hukum.