10 juta orang potensi mudik, Menko PMK: Ingat kematian!

Terdapat tiga momentum kenaikan kasus tajam akibat libur panjang pada 2020. Yaitu, lebaran, Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Foto Humas Kemenko PMK

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhajir Effendy, menganggap, saat ini kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya terpapar Covid-19 mulai kendor. Imbasnya, disiplin protokol kesehatan (prokes) juga mengalami penurunan dan diiringi dengan aktivitas di luar rumah.

"Masyarakat kita mulai sembarangan. Ini yang sangat mengkhawatirkan pemerintah, sehingga apa yang terjadi di India (bisa) saja terjadi di Indonesia. Karena india saat ini kasusnya naik sangat tajam, sudah eksponensial, ratusan ribu dalam waktu singkat," ucapnya dalam diskusi virtual, Selasa (20/4).

Pemerintah telah melarang mudik Lebaran Idulfitri 2021 pada 6-17 Mei 2021. Namun, kata dia, kenaikan kasus Covid-19 tetap tidak akan terhindarkan. Merujuk dari data 2020, sebesar 13% dari total 73-80 juta warga yang hendak mudik, bakal tetap ngotot.

"Kalau seandainya dilepas, tidak ada larangan itu akan ada 73 juta orang mudik dan kalau di larangan potensinya masih sekitar 13% dari total pemudik itu. Jadi, sekitar hampir 10 jutaan. Dan, 10 juta itu cukup semrawut, karena itu berat, dua kali lipat penduduk Singapura," tutur Muhajir.

Ketika libur panjang, menurut dia, senantiasa diiringi dengan kenaikan kasus, karena pergerakan orang besar-besaran terjadi melalui jalur darat, laut, dan udara. Di sisi lain, tentunya akan banyak tercipta kerumunan-kerumunan resmi maupun tidak resmi.