Aksi terorisme ranah siber di Indonesia masih di level 3

Para teroris masih belum ahli melancarkan serangan terhadap lapisan logic.

Ilustrasi. Serangan kejahatan siber. Pixabay.com

Deputi Bidang Proteksi Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Agung Nugraha mengungkapkan, ada kecenderungan perencanaan aksi terorisme dilakukan secara luring, tetapi eksekusinya secara daring. Sementara targetnya acak alias fifty fifty (50 luring : 50 daring) dengan kemungkinan dilakukan sebesar 70%.

Untungnya, aksi terorisme ranah siber di Indonesia masih berada di lapisan sosial atau level tiga. Artinya, para teroris masih belum ahli melancarkan serangan terhadap lapisan logic (serangan siber yang lebih umum dilakukan karena dapat dilakukan secara masif, sistematis, dan terstruktur namun tetap tersembunyi secara jarak jauh atau level dua, serta serangan terhadap infrastruktur atau level satu.

Serangan siber pada lapisan sosial lebih banyak memanfaatkan platform media sosial. Meski, para teroris masih belum ahli dalam serangan siber, tetapi mereka telah aktif menebar propaganda, radikalisme, merekut anggota, bahkan penggalangan dana.

“Lapisan sosial itu lebih pada mengganggu, merusak, dan mengubah opini publik. Paling mengkhawatirkan ketika mereka menyebarkan informasi yang bisa menimbulkan rasa takut dan sifatnya teror. Misalnya, mengunggah video orang dipenggal lehernya di Youtube,” ucapnya, saat dihubungi, Kamis (16/4).

Agung pun mengingatkan untuk mewaspadai dan mengantisipasi serangan siber level satu dan level dua yang sejauh ini belum terjadi di Indonesia. Apalagi berbagai infrastruktur pemerintah, seperti PLN dan Telkom sudah melakukan digitalisasi.