Alarm bahaya diabetes pada anak-anak

Minuman dan makanan berpemanis disebut jadi pemicu diabetes pada kalangan anak-anak.

Ilustrasi anak penderita obesitas. Alinea.id/Firgie Saputra

Mafthuha mengempaskan punggungnya di kursi ruang tamu. Perempuan berusia 41 tahun itu terlihat lega. Mafthuda baru saja mengantar putranya yang masih berusia 6 tahun ke RSUD Cengkareng. Oleh dokter, sang bocah telah diberi obat. 

"Mudah-mudahan enggak apa-apa. Kata dokter, kalau terlalu sering kencing lagi, disuruh balik untuk berobat lagi," ujar Mafthuha saat berbincang dengan Alinea.id di kediamannya di kawasan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (4/2).

Putra Mafthuha sempat terkulai lemas setelah sering mondar-mandir buang air kecil. Kala itu, Mafthuha sempat kalut. Ia khawatir anaknya menderita gangguan saluran kencing atau bahkan diabetes. Ada riwayat penyakit diabetes di keluarga Mafthuha. 

"Karena ada adik saya itu diabetes keturunan emak (ibu). Saya khawatir anak saya kena. Saya dengar berita (naiknya jumlah penderita diabetes di kalangan anak-anak) itu. Katanya, (angkanya) lagi naik dan salah satu gejalanya sering kencing dan lemas. Saya pikir, 'Waduh!' Takutnya ada apa-apa," ucap Mafthuha. 

Diabetes melitus adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan pengaturan gula darah. Ada dua jenis, yakni diabetes tipe 1 dan tipe 2. Gejala diabetes yang sering dijumpai pada anak antara lain sering merasa haus, lapar, mudah lelah, dan sering buang air kecil.