“Perang perbatasan” Ali Sadikin dan Solihin GP dalam perluasan wilayah Jakarta

Gubernur Jawa Barat Solihin GP menyebut kerdil strategi Ali Sadikin ingin memperluas wilayah Jakarta.

Ilustrasi Kota Jakarta. Alinea.id/Aisya Kurnia

Beberapa waktu lalu, Wali Kota Depok Mohammad Idris mengemukakan pernyataan yang memancing polemik. Ia mengusulkan, daerah pinggiran Jakarta—Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi (Jabodetabek)—disatukan menjadi Jakarta Raya. Menurutnya, persoalan yang ada di daerah penyangga Jakarta, seperti banjir, kemacetan, dan demografi, mudah tuntas kalau digabung. Idris juga memikirkan nasib Jakarta, pasca-ibu kota dipindah ke Kalimantan Timur.

Menurut Idris, wacana itu bukan barang baru. Sebab, Sutiyoso sewaktu menjadi Gubernur DKI Jakarta pernah melontarkan ide serupa, dengan istilah megapolitan. Pada 2006, Sutiyoso mengusulkan penyatuan tata ruang yang terintegrasi antara Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (Jabodetabekjur).

Konsep Jabotabek

Kawasan Jabodetabek disebut sosiolog Hikmat Budiman dalam buku Sudah Senja di Jakarta: Ideologi, Kebijakan Publik, Politik, dan Ruang Ibu Kota (2020) sebagai conurbation terbesar kedua di dunia. Istilah conurbation menunjuk pada sebuah wilayah urban yang terus diperluas, yang mencakup penggabungan beberapa kota yang digabungkan dengan wilayah-wilayah pinggiran dari pusat kota.

Konsep Jabotabek, sebut pakar planologi Hendropranoto Suselo dalam artikel “Tinjauan Singkat Perkembangan Jabotabek” di Prisma Nomor 5, Mei 1977, tercetus pada awal 1973 dalam kursus tenaga perencana Dirjen Cipta Karya Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) dari Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi.