Mahfud MD: Banyak hoaks bandingkan nasib HRS dengan kerumunan Gibran

Berita hoaks sangat mudah menyesatkan orang awam. Mereka bisa langsung percaya, marah, dan berkontribusi upaya memviralkan.

Ilustrasi hoaks coronavirus. Alinea.id/Oky Diaz.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD mengaku, belakangan ini sering diserang berita-berita hoaks. Biasanya berita bohong menghapus tanggal untuk mengaburkan konteks waktunya.

Misalnya, dalam kasus kerumunan dalam kampanye Pilkada 2020 di Solo. "Kemarin, saya mendapatkan laporan-laporan gambar-gambar hoaks itu. Kok, kerumunan di Petamburan dilarang, di Solo kemenangan kampanye anaknya (Presiden Joko Widodo) Jokowi (Gibran) puluhan ribu orang berpawai dibiarkan, gambarnya tidak ada satupun yang pakai masker," ujar Mahfud dalam Penyerahan Hasil Evaluasi & Rekomendasi Kebijakan Kementerian/Lembaga di Bidang Kesatuan Bangsa yang diunggah di kanal Youtube Kemenko Polhukam, Kamis (17/12).

"Saya cek, itu kampanye apa, laporan dari Solo ternyata kampanye Pileg 2019," lanjutnya.

Banyak berita hoaks pelanggaran protokol kesehatan Pilkada Serentak 2020. Biasanya, narasi beritanya dikaitkan dengan perlakuan tidak adil terhadap pelanggar protokol kesehatan (prokes), seperti Imam Besar Front Pembela Islam (FPI). 

"Kok, Habib Habib Rizieq (HRS) ditangkap. Kalau orang PDIP dibiarkan kampanye. Itu (berita/gambar hoaks) tahun lalu, makanya tidak memakai masker," ucapnya.