Bayang-bayang HTI dalam sejarah imajiner "Jejak Khilafah di Nusantara"

Orang-orang HTI ada di dalam dan di luar film "Jejak Khilafah di Nusantara"

Ilustrasi film Jejak Khilafah di Nusantara. Alinea.id/Dwi Setiawan

Pada mulanya adalah cuplikan gambar gerakan awan di langit, suara burung, pepohonan, dan sebuah masjid. Lantas, suara sang narator berkumandang di antara potongan-potongan gambar orang-orang bergerak dalam mode fast motion.

"Khilafah sebuah institusi pemerintahan Islam yang berjalan sejak zaman para sahabat hingga tahun 1924 yang merupakan simbol keagungan peradaban Islam selama 1.300 tahun," tutur sang narator diiringi musik dramatis.

Setelah sang narator menandaskan narasinya, sejarawan pertama muncul. Namanya Moeflich Hasbullah. Dia dosen di Fakultas Adab Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Moeflich langsung bicara pada intinya.

"Kita tahu khilafah atau kekhilafahan Islam itu di Nusantara bukan hal yang baru. Sudah ada hubungan atau relasi antara kesultanan-kesultanan dan kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan kekhilafahan Turki Usmani atau wilayah Arab secara keseluruhan itu sejak abad ke-7," kata Moeflich.

Begitulah film "Jejak Khilafah di Nusantara" atau JKdN dimulai. Sebagaimana judulnya, film dokumenter yang disutradarai Nicko Pandawa itu bertutur mengenai dugaan adanya hubungan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan khalifah Islam di masa lalu.