BMKG: Terjadi peningkatan aktivitas seismik di Laut Banda

Sejarah gempa kuat pernah terjadi di kawasan ini. Waspadai potensi bencana di wilayah Indonesia Timur itu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar jumpa pers di Kantor Pusat BMKG, Jakarta Pusat, Senin (24/6).Alinea.id/Robertus Rony Setiawan

Wilayah Laut Banda diguncang gempa bumi tektonik pada Senin (24/6) pukul 09.53.40 WIB atau 11.53.40 waktu setempat. Pusat gempa berada pada koordinat 6,44 Lintang Selatan dan 129,17 Bujur Timur, atau berlokasi di laut pada jarak 289 km arah barat laut Kota Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Propinsi Maluku. Gempa berada pada kedalaman 220 km.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, Senin siang (24/6/2019) , di Kantor Pusat BMKG menyatakan dari hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa bumi ini berkekuatan Magnitudo 7,7 skala Richter (SR) dengan pembaruan menjadi 7,3 SR. 

Gempa ini tergolong gempa bumi menengah yang diakibatkan aktivitas deformasi pada slab Subduksi Laut Banda, yakni dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan geser (strike-slip fault). Meski begitu, hasil pemodelan menunjukkan gempa bumi tidak berpotensi tsunami. 

Secara tektonik, zona Subduksi Banda merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks. Dalam katalog gempa BMKG tercatat, di zona ini sudah terjadi gempa kuat yang beberapa di antaranya memicu tsunami.

"Di zona Banda dan Mamberamo ini selama hampir setahun setengah ini mengalami peningkatan aktivitas seismik yang sangat tinggi. Kami telah ketahui potensinya, tapi tidak bisa diketahui waktu kejadiannya," kata Daryono.