BW soal kasus Novel: Suara pimpinan KPK nyaris tak terdengar

Kedua pelaku dituntut satu tahun penjara.

Ketua KPK, Firli Bahuri. Foto Antara/M. Risyal Hidayat

Sikap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tidak bersuara lantang terkait kasus penyiraman air keras kepada salah satu penyidiknya, Novel Baswedan, dipertanyakan. Padahal, kasus tersebut dinilai membuat keresahan atas proses peradilan saat ini.

"Di mana pimpinan KPK dalam situasi ini? Ketika media membicarakan dalam diskursus, suara pimpinan KPK nyaris tak terdengar. Dia ada juru bicara, tetapi suara pimpinan KPK nyaris tak terdengar. Sudah matikah mata hatinya dan mata nuraninya?" ujar Mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, dalam diskusi "Sengkarut Persidangan Penyerang Novel," di akun Facebook ICW, Jumat (19/6).

Menurutnya, sikap Firli Bahuri cs harus dikritisi. Pasalnya, peristiwa yang menimpa Novel merupakan ancaman terhadap aparat penegak hukum, terkhusus di sektor korupsi seperti pegawai KPK.

"Kita harus gedor pimpinan KPK. Kalau kemudian KPK seperti itu apa jaminannya? Seluruh proses penegakan hukum yang sekarang dilakukan oleh KPK kalau ada pukulan balik, dia akan melindungi?" tanyanya.

Baginya, pimpinan KPK tidak tegas dalam merespons kasus penyiram air keras terhadap Novel. Sikap abu-abu itu dianggap sebagai ketakpedulian terhadap potensi ancaman yang menimpa para pegawai.