Dilebur ke BRIN, eks kepala LBM Eijkman ungkap bahaya kebocoran data informasi genetik

Selain mengandung informasi genetik tentang individu terkait, sampel-sampel tersebut juga memiliki potensi ancaman.

Ilustrasi laboratorium. Foto Pixabay

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerapkan kebijakan sentralisasi kepada Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Kegiatan riset dipusatkan di Cibinong Science Center. Sebab, konsep yang dianut BRIN adalah coworking space. Jadi, satu ruangan dipakai ramai-ramai. Tak terkecuali, pemakaian alat-alatnya.

“Itu menjadi problem, karena kami yang bertahun-tahun bergerak di bidang riset ilmu, bukan hayati biasa, tetapi juga ilmu kesehatan, yang mana kami menangani sampel-sampel yang berasal dari Malaysia, dan itu berpotensi mikroba yang bisa membahayakan manusia dan lingkungannya,” tutur Mantan Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio dalam diskusi virtual, Minggu (23/1).

Selain mengandung informasi genetik tentang individu terkait, sampel-sampel tersebut juga memiliki potensi ancaman. Jadi, informasi genetik masing-masing individu saat ini sangat diincar. Ke depannya, justru informasi genetik perorangan itu menjadi sangat penting dan rentan disalahgunakan pihak tertentu.

Penyalahgunaan informasi genetik bisa berupa dikomersialkan. Dari segi keamanan nasional (security) ini juga bisa bernilai strategis. Sebab, informasi genetik bisa menjelaskan bangsa Indonesia. “Misalnya, (jika itu) dikuasai oleh asing, maka ke depannya, kami bisa bayangkan negara tertentu yang mungkin punya niat tidak baik terhadap Indonesia, dia bisa bikin sesuatu yang spesifik terhadap genetiknya orang Indonesia,” ujar Amin.

“Ini seperti cerita fiktif ya, tetapi itu bisa terjadi,”.