Epidemiolog UGM: Waspadai dampak Covid-19 terhadap lansia

Kasus meninggal umumnya terjadi pada lansia atau memiliki riwayat penyakit penyerta yakni komorbid.

Ilustrasi lansia dan vaksin. Alinea.id/Muhammad Raenaldy.

Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan kasus Covid-19 di Indonesia pada Jumat (2/9) yang telah mencapai 6.366.518 kasus. Data ini dengan rincian sebanyak 6.160.877 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 157.591 orang meninggal dunia. Kasus meninggal umumnya terjadi pada lansia atau memiliki riwayat penyakit penyerta yakni komorbid.

Epidemiolog dan pengajar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Bayu Satria Wiratama mengatakan, kondisi lansia harus lebih ketat dijaga dan pantau untuk mengurangi risiko terjadinya positif Covid-19 dengan rutin melakukan skrining, dan bisa jaga diri disaat kondisi tidak fit dengan tidak datang ke tempat yang ramai.

“Salah satunya mereka tentu harus rutin melakukan skrining terkait kondisinya, jadi kalau mereka yang lansia itu punya penyakit kronis, tentu harus dipantau jangan sampai tidak berobat. Kemudian ketika mereka tahu kondisinya tidak fit, jangan hadir ke tempat yang tertutup. Kalaupun kondisinya fit, bisa masuk sebentar saja jangan terlalu lama untuk meminimalisir risiko,” kata Bayu dalam diskusi online “Bebas Bepergian Asal Sudah Booster?” oleh BNBP Indonesia yang diselenggarakan secara daring, Jumat (2/9).

“Orang-orang lansia, kalau sudah tidak muda lagi, harus jaga diri. Tetapi kalau mengharuskan datang, perlu menggunakan masker. Kalau tidak fit, jangan memaksakan. Tujuannya mereka untuk meminimalisir terkena Covid-19. Walaupun sudah melakuan vaksin,” tambahnya.

Lansia harus lebih peduli lagi dengan dirinya sendiri disaat kondisinya yang sedang fit ataupun tidak, seperti menggunakan masker di saat ke luar rumah dan tidak memaksakan ke luar rumah disaat kondisi yang tidak sehat. Dengan langkah yang sederhana ini, dapat memberikan dampak baik kepada lansia untuk jauh dari terkena Covid-19.