Aroma trik komersialisasi Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara dinilai tak efektif dan efisien redam pandemi Covid-19.

Ilustrasi pengembangan vaksin Covid-19/Pixabay.

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan sedang mengembangkan Vaksin Nusantara dengan menggandeng tim peneliti dari Laboratorium Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro, dan Aivita Biomedical Corporation, Amerika Serikat.

Vaksin Nusantara diklaim dapat lebih lama memberi kekebalan pada tubuh, dibandingkan varian merek lainnya, karena menggunakan basis sel dendritik (metode vaksinasi dengan mengeluarkan sel darah tubuh penerima vaksin, kemudian dimasukkan kembali ke tubuh).

Menanggapi hal itu, ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menilai, prosedur Vaksin Nusantara rumit, kompleks, dan beban biayanya mahal.

“Mengapa bikin vaksinasi yang tidak jelas (dengan vaksin Nusantara). (Vaksin Nusantara) itu satu orang, satu vaksin. Tiap orang yang mau vaksin diambil dulu darahnya. Itu kan hanya untuk terapi. Untuk pengobatan. Jadi, namanya vaksin terapi,” ucapnya kepada Alinea.id, Jumat (19/2).

“Jadi, ada trik komersialisasi di sana (Vaksin Nusantara satu orang untuk satu vaksin,” tutur Juru Wabah UI itu.