Gubernur Lemhannas kritik sistem pedidikan nasional, singgung Finlandia

Menurut Agus Widjojo, mestinya siswa diajarkan budi pekerti dulu ketimbang matematika.

Perlu peran sekolah dan orang tua untuk mempersiapkan anak selama PTM berlangsung. Foto ilustrasi: IstockPhoto.

Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, sistem pendidikan nasional harus sudah berorientasi pada pembentukan karakter peserta didik. Namun, Gubernur (Lembaga Ketahanan Nasional) Lemhannas Letjen Jenderal TNI (purn) Agus Widjojo menilai, sistem pendidikan nasional saat ini masih berorientasi pada peningkatan kapasitas pengetahuan peserta didik.

“Katanya pendidikan di Finlandia yang terbaik, coba cari mengapa kok itu bisa menjadi yang terbaik?. Konon ceritanya, pada usia berkembangnya itu mereka tidak dipaksakan belajar yang berat-berat,” ucapnya dalam diskusi virtual, Rabu (6/10).

“Dan mereka (anak-anak di Finlandia) dibebaskan untuk bermain dan menemukan karakternya sendiri pada usia dini,” imbuhnya.

Sistem pendidikan nasional, kata dia, memang harus membentuk karakter terlebih dahulu, baru kemudian meningkatkan pengetahuan. “Jadi, awal-awalnya dulu (sebaiknya) tidak diberikan kepada mereka itu (anak-anak Indonesia) matematika, digojlok (dikacaukan) dengan matematika, tetapi semua untuk itu untuk mendidik budi pekerti dan tradisi budaya,” ujar Agus.

Padahal, sambungnya, Indonesia kini sedang berhadapan dengan perubahan iklim, disrupsi digital, dan pandemi Covid-19. Menurut Agus, perubahan iklim, disrupsi digital, dan pandemi Covid-19 mempengaruhi ketahanan sistem pendidikan nasional dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi (PT).