Inilah alasan dan strategi pemerintah kurangi lulusan SMK menganggur

baru-baru ini Badan Pusat Statisk (BPS) merilis data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk lulusan SMK masih mendominasi

Forum Merdeka Barat dengan tema 'Pengurangan Pengangguran' di Bappenas, Kamis (8/11)./Cantika Adinda Putri Noveria

Penyebab utama pengangguran banyak didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena lulusannya tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan di pasar kerja. 

Seperti diketahui, baru-baru ini Badan Pusat Statisk (BPS) merilis data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk lulusan SMK masih mendominasi di antara tingkat pendidikan lain. Lulusan SMK yang menganggur mencapai 11,24%. 

Padahal berdasarkan Inpres No.9 tahun 2016 pada akhir tahun, Presiden Joko Widodo menginstruksikan unuk merevitalisasi SMK. Jumlah SMK di Indonesia sebanyak14.000 sekolah, dimana SMK Negeri 3.500 sekolah dan sisanya swasta. Pemerintah sendiri telah memiliki kebijakan pemerintah untuk membuat rasio SMK-SMA 60:40. 

"Mereka yang belum masuk dunia kerja dari SMK adalah lulusan yang belum dapat sentuhan revitalisasi." jelas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada Forum Merdeka Barat dengan tema 'Pengurangan Pengangguran' di Bappenas, Kamis (8/11). Kendala lainnya perihal ketersedian tenaga pendidik ahli. 

Untuk diketahui, ada tiga tipe guru di SMK, yakni guru adaptif, normatif, dan produktif. Guru adaptif merupakan guru yang mengajar mata pelajaran murni seperti matematika, kimia, fisika, bahasa Inggris, dan sebagainya.