Jelang pemilu, negara rawan teror

Ada dugaan sejumlah teror yang terjadi belakangan ini, dibuat untuk menciptakan ketakutan dan mengganggu stabilitas politik jelang pemilu.

Ilustrasi tindakan teror untuk menciptakan ketakutan/ pixabay

Sejumlah teror terjadi jelang pesta demokrasi akbar 2018 dan 2019. Salah satunya adalah penyerangan terhadap jemaat yang tengah melakukan misa pagi di Gereja St. Lidwina, Gamping, Sleman. Penyerangan yang dilakukan pelajar asal Banyuwangi, Suliono (16) pada Minggu (11/2) ini melukai 2 jemaat gereja, 1 polisi, dan 1 pendeta. Pelaku yang kini masih kritis, belum bisa dimintai keterangan mengenai motif penyerangan.

Sebelumnya, pada Senin (29/1) kejadian vigilante berupa pembubaran acara bakti sosial juga terjadi di Gereja Katolik St Paulus Pringgolayan, Banguntapan, Bantul. Pelakunya, sebanyak 50-an orang laskar Front Jihad Islam (FJI), Forum Umat Islam (FUI), dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Dikutip dari rilis Setara Institute, pelaku menuding acara bakti sosial tersebut sebagai agenda kristenisasi. Padahal, acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan catur windu (32 tahun) Gereja Katolik St Paulus dan peresmian paroki, dari paroki administratif menjadi paroki mandiri.

Di tempat terpisah, juga terjadi penyerangan yang menyasar para pemuka agama di Bandung. Kasus pertama dialami KH Umar Basri pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, yang dianiaya di dalam masjid oleh pria diduga gila. Selanjutnya kasus penganiayaan terhadap ustaz Prawoto (40), Komandan Brigade Persatuan Islam (Persis), yang dianiaya hingga tewas oleh tetangganya pengidap kelainan jiwa, Asep Maftuh (45).

Beberapa penyerangan dan aksi vigilante yang menyasar kalangan beragama, menurut Ketua Umum PPP M Romahurmuziy dianggap sebagai prakondisi atau cipta kondisi. Tujuan cipta kondisi ini adalah untuk mendestabilisasi atau upaya membuat situasi kacau jelang Pilkada 2018 maupun Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

"Saya menduga ini bukan kebetulan, ini adalah serangkaian kegiatan sistematis yang ditujukan untuk mendestabilisasi situasi dan kondisi," katanya, dilansir dari Antara.