Jokowi akui pemakaian batu bara sebabkan polusi udara Jabodetabek

Pemerintah tengah mempersiapkan solusi jangka pendek hingga panjang untuk menanggulangi polusi udara Jabodetabek.

Presiden Jokowi mengakui penggunaan batu bara turut menyebabkan polusi udara Jabodetabek. Foto Antara

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui banyak faktor yang menyebabkan polusi udara di Jabodetabek dalam beberapa waktu terakhir sangat buruk sehingga tidak sehat bagi masyarakat beraktivitas. Salah satunya adalah penggunaan batu bara, baik untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) maupun industri manufaktur.

"Memang terdapat beberapa faktor yang menyebabkan situasi ini, antara lain, kemarau panjang selama 3 bulan terakhir yang menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi, serta pembuangan emisi dari transportasi, dan juga aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur," tuturnya di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (14/8).

Jawaban tersebut jauh lebih lengkap daripada keterangan yang disampaikan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK). Kemarin (Minggu, 13/8), Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro, mengklaim, buruknya kualitas udara di ibu kota dipengaruhi debu, arus angin berputar di tempat karena terhalang gedung-gedung tinggi, dan efek kendaraan bermotor.

Menurut Sigit, penggunaan batu bara di Jakarta cuma 0,42% sehingga tidak berdampak signifikan terhadap polusi udara yang terjadi. Ia menuding transportasilah yang biang keroknya lantaran berkontribusi hingga 44%.

Diketahui, setidaknya ada 16 PLTU berbasis batu bara "mengepung" Jakarta: 10 PLTU di Banten dan 6 PLTU di Jawa Barat (Jabar). Adapun industri manufaktur yang berada dalam radius 100 km dari Jakarta per 2019 mencapai 418 fasilitas.