Jumlah pelajar yang meninggal karena depresi PJJ bertambah

Orang tua menduga ST depresi sebab banyaknya tumpukan tugas PJJ.

Ilustrasi. Pixabay

Siswi SMAN kelas 12 di Kabupaten Tangerang diduga meninggal dunia karena depresi pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Pelajar berinisial ST ini sempat dirawat di rumah sakit swasta sebelum dirujuk ke RSJ Grogol, Jakarta Barat. Orang tua menduga ST depresi sebab banyaknya tumpukan tugas PJJ. Ayah ST mengaku menyaksikan putrinya disibukkan dengan tugas-tugas PJJ daring.

“Jika keterangan yang diberikan orang tua terkait Depresi sang anak karena PJJ daring valid dan benar, maka kematian anak selama PJJ di masa pandemi sudah mencapai empat anak, yaitu siswi SDN (8 tahun) yang tewas karena kerap dianiaya orang tuanya karena sulit diajarkan PJJ daring, siswi SMAN di Gowa (Sulsel) dan siswa MTs di Tarakan (Kalimantan Utara) yang bunuh diri karena diduga depresi akibat PJJ, meski faktor bunuh diri seorang anak tidak pernah tunggal,” kata Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Rabu (18/11).

Dari hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap pelaksanaan PJJ fase pertama dari Maret-Juni 2020, peserta didik cenderung mampu mengatasi tekanan psikologis, karena pembelajaran tatap muka sempat dilakukan selama sembilan bulan. Di sisi lain, guru mata pelajaran, wali kelas, dan teman-teman sekelasnya sama dan masih aktif berkomunikasi.

Namun, hasil pemantauan PJJ fase kedua, anak-anak lebih sulit mengatasi permasalahan psikologis, sehingga berpengaruh pada kesehatan mentalnya. PJJ fase kedua juga dihadapkan dengan kenyataan kenaikan kelas dengan situasi telah berubah. Wali kelas, guru mata pelajaran, dan kemungkinan besar kawan sekelasnya sudah berganti.