Danau Toba, mistik dan kacaunya tata kelola pelayaran

Abai akan cuaca buruk, lalai akan keselamatan penumpang, fasilitas pelindung keamanan yang minim serta rendahnya pengawasan dari Pemerintah.

Pemerintah akan menambah jumlah kapal yang berlayar di Danau Toba./Antara Foto

Tragedi Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang tenggelam di tengah hari libur panjang Idul Fitri kembali menunjukkan bobroknya sistem pelayaran di perairan tanah air. Abai akan cuaca buruk, lalai akan keselamatan penumpang, fasilitas pelindung keamanan yang minim, serta rendahnya pengawasan dari Pemerintah Daerah dan regulator terkait, memakan korban jiwa sia-sia. 

Tidak adanya manifes pasti berapa banyak penumpang yang diangkut di KM Sinar Bangun yang berbahan kayu ini, membuat geram Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menuding penyelenggara dan pengawas angkutan kapal tidak disiplin. 

"Musibah terjadi karena beberapa hal, seperti pembangunan fasilitas infrastruktur yang belum menyamakan peningkatan jumlah wisatawan, dan kurangnya disiplin dari penyelenggara serta pengawas angkutan kapal," tukas Luhut dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (22/6). 

Tata kelola yang kacau diperlihatkan penyelenggara dan pengawas angkutan kapal. Tirto.id menurunkan laporan para penumpang memang tak perlu antre beli karcis dulu di loket. Cuma perlu mendatangi petugas kapal yang biasanya berdiri dekat kapal, lalu bertanya apakah masih ada slot kosong? 

Kalau dijawab ya, artinya silakan naik, dan membayar karcis nanti ketika kapal sudah jalan. Karcisnya juga tak benar-benar ada bentuk fisiknya.