Keberagaman di Indonesia dianggap perlahan mulai luntur

Keuskupan Agung Jakarta merayakan Natal bertema hiduplah sebagai sahabat untuk semua orang.

Sejumlah peserta anak-anak mengenakan kostum keberagaman agama dan budaya di Indonesia saat mengikui Salatiga Christmas Parade di Salatiga, Jawa Tengah. Antara Foto

Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, menyayangkan munculnya tanda-tanda mulai lunturnya kebersamaan dan keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut terjadi karena merebaknya ujaran kebencian, intoleransi, dan politik identitas.

“Karena itu, supaya Natal bagi umat Kristiani menjadi aktual kontekstual, dipilihlah ajakan ini, 'hiduplah sebagai sahabat untuk semua orang' untuk melawan arus ujaran kebencian, melawan arus intoleransi, (dan) melawan arus politik identitas," kata Ignatius dalam jumpa pers di Katedral Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (25/12).

Ketika disinggung soal pelarangan perayaan Natal di beberapa daerah di Idnonesia, Ignatius mengatakan seharusnya itu tak terjadi karena sebagai warga negara idealnya memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, UUD 1945 dan hidup di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut dia, negara seharusnya menghormati hak setiap warga negara untuk beribadah menurut keyakinannya masing-masing. Akan tetapi, tanpa mengecilkan masalah yang terjadi, Ignatius lebih memilih melihat hal-hal positifnya saja.

"Saya tidak mau mengecilkan persoalan, tetapi yang kecil itu (pelarangan perayaan Natal) terus diusahakan didialogkan, tanpa menghilangkan hal-hal yang baik. Bahkan sangat baik. Bahkan diakui oleh saudara-saudara kita dari luar (negeri)," kata dia.