Kisah heroik tentara Jepang yang membelot ke Republik

Banyak tentara Jepang yang memilih tak kembali ke negerinya dan membela Republik, usai Jepang kalah perang pada 1945.

Ilustrasi tentara Jepang. Alinea.id/Oky Diaz.

Perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang, Laksamana Muda Tadashi Maeda sedikit kecewa dengan janji kemerdekaan Indonesia, yang diucapkan Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso dalam sidang istimewa Teikoku Henkai ke-85 di Tokyo, Jepang, pada 7 September 1944.

Maeda menganggap, Janji Koiso masih awang-awang dan tak ada tindakan konkret. Menurut kurator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jaka Perbawa, akhirnya Maeda punya cara tersendiri untuk mewujudkan janji kemerdekaan itu.

“Ia mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Jalan Kebon Sirih 80,” ujar Jaka saat dihubungi reporter Alinea.id, Jumat (14/8).

Jaka mengatakan, Maeda saat itu menunjuk Achmad Soebardjo sebagai penanggung jawab asrama tersebut. Tujuannya, mencetak angkatan-angkatan muda, yang diharapkan menjadi tokoh sentral dan calon pemimpin Indonesia merdeka. Sejumlah tokoh pergerakan terkemuka Indonesia ambil bagian dalam mengampu beragam pengetahuan.

Menurut Achmad Soebardjo dalam An Inside Story of the Proclamation of Indonesian Independence yang ditulis menjelang peringatan ke-24 proklamasi kemerdekaan Indonesia, dirujuk dari buku Hendri F. Isnaeni Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksian, Penyiaran, dan Keterlibatan Jepang (2015), di Asrama Indonesia Merdeka, Sukarno mengampu pelajaran sejarah politik.