Kenapa York "dinobatkan" jadi kota terseram di seluruh dunia?
Menyusuri jalanan York, Inggris, rasanya seperti melangkah mundur ke masa lalu yang belum sepenuhnya usai. Hanya dalam sehari, seseorang bisa menyusuri reruntuhan Romawi, menatap peninggalan bangsa Viking, lalu meniti jalanan berbatu yang dipenuhi bangunan miring dari abad pertengahan.
Sejarah di sini tidak dipajang di balik kaca museum, melainkan bernafas—dalam katedral Gotik yang megah, reruntuhan benteng Norman, hingga pub tua yang tetap menghidangkan bir dan wiski seperti berabad-abad lalu.
Namun, yang paling menggoda para peziarah masa kini ke York—terutama saat daun gugur menua—bukan hanya keindahan arsitektur atau aroma malt dari pub kuno, melainkan sesuatu yang tak kasatmata: hantu. Kota ini dikenal sebagai kota paling berhantu di Eropa, tempat sejarah berjalan berdampingan dengan roh yang enggan pergi.
Sebagian orang percaya York dihantui bukan karena mitos, melainkan karena sejarahnya sendiri: panjang, penuh wabah, hukuman, dan kekerasan. Alicia Stabler, pemandu tur The Bloody Tour of York, bercerita York memiliki lebih banyak tiang gantungan daripada kota mana pun di Inggris.
"Arkeolog memperkirakan ada sekitar 600 ribu jenazah yang terkubur di bawah tanah kota ini—di halaman gereja, pekuburan tua, hingga reruntuhan Romawi yang ditemukan saat penggalian hotel Milner York," kata Stabler seperti dikutip dari National Geographic, Jumat (31/10).
Sehari-hari, Stabler memandu wisatawan menyusuri jalanan-jalanan angker di pusat kota York. Ia biasanya berperan sebagai salah satu arwah paling terkenal di kota itu—Mad Alice, perempuan yang katanya mati di tiang gantungan. Menurut Stabler, dulu
Konon, beberapa bangunan di York bahkan punya lebih dari satu "penghuni". Di pub Golden Fleece, bangunan abad pertengahan yang menghadap ke deretan toko miring bernama the Shambles (konon menginspirasi Diagon Alley dalam dunia Harry Potter), terdapat setidaknya 15 hantu.
Yang paling terkenal adalah Lady Alice Peckett, istri mantan wali kota, yang sering terlihat berjalan di tangga dan menggeser furnitur tengah malam. Karena reputasinya itu, kamar-kamar di sana selalu penuh, terutama setiap malam Halloween.
Charis, seorang alumni universitas di York yang pernah bekerja di Golden Fleece, masih mengingat jelas atmosfer ganjil yang menyelubungi tempat tersebut. Menurut Charis, hampir semua rekan kerjaku dulu percaya pada hantu.
“Kadang ada hal-hal aneh terjadi—gelas jatuh sendiri dari rak, bentuk-bentuk aneh terekam CCTV. Katanya, kalau pakai filter wajah di Snapchat, sering muncul sosok yang sebetulnya tidak ada di sana,” ujar dia.
Di rumah megah Treasurer’s House, para pengunjung sejak 1950-an melaporkan melihat barisan tentara Romawi dengan helm perunggu berjalan menembus dinding bawah tanah. Setelah itu, penggalian di dekat York Minster menemukan sisa-sisa markas militer Romawi—seolah sejarah dan kesaksian arwah saling menguatkan.
Tak heran jika York sering dijuluki “the city of a thousand ghosts”—kota seribu arwah yang berjalan di antara batu-batu berlumut dan pintu kayu berderit.
Meski menyeramkan, York tetap ramah dijelajahi. Kota ini dikelilingi tembok batu sepanjang dua mil yang bisa dilalui pejalan kaki. Gang-gang sempitnya—yang disebut snickelways—menghubungkan pub, katedral, dan reruntuhan seperti urat nadi sejarah.
Berbagai tur hantu bertebaran: The Witches Walking Tour, Spookologists Guide to Haunted York, hingga tur berdarah ala Stabler yang memenangkan penghargaan.
Aktor-aktor lokal sering berperan sebagai tokoh-tokoh kelam seperti Guy Fawkes, sang pembom parlemen Inggris tahun 1605, dan Dick Turpin, perampok jalanan yang digantung di York pada 1739. Seolah masa lalu terus dihidupkan ulang setiap malam, dalam bahasa tubuh, seragam, dan cerita yang tak mau usai.

Kaya arsitektur
Namun, York bukan hanya tempat berburu hantu. Kota ini juga surga bagi pecinta arsitektur dan sejarah. Katedral York Minster, salah satu katedral Gotik terindah di Eropa, berdiri dengan kaca patri abad pertengahan dan ukiran batu legendaris bernama Doomstone—gambaran gerbang neraka di dekat makam Santo William, pelindung kota York.
Dari menara katedral, pemandangan kota tua membentang dalam warna kelabu yang indah.Tak jauh dari sana, Clifford’s Tower berdiri tegak, bagian terakhir dari Kastil York dengan dek atap yang menawarkan panorama senja terbaik.
Bila lelah berjalan, pengunjung bisa beristirahat di Jorvik Viking Centre, museum interaktif yang membawa kita ke desa Viking abad ke-10 lengkap dengan aroma kota yang direkonstruksi dari hasil penggalian arkeolog tahun 1970-an.
Bagi yang ingin sesuatu yang lebih ringan, York juga punya tur sejarah cokelat, National Railway Museum, atau ritual klasik Inggris: afternoon tea di Betty’s Café Tea Room. Tur gratis berdurasi dua jam tersedia dua kali sehari—asal dipesan lebih dulu—atau bisa juga menelusuri sungai Ouse dengan perahu sambil menyeruput anggur hangat.
York punya cara sendiri memelihara romantika masa lalu. Beberapa penginapan menawarkan lebih dari sekadar tempat tidur—mereka menjanjikan pertemuan dengan arwah.
Di The Grand, hotel megah dengan sekolah memasak dan spa, atau di Middletons Hotel yang terletak di dalam tembok kota, para tamu bisa menikmati gin-tasting dari penyulingan lokal sambil menunggu—barangkali—ketukan misterius di pintu kamar tengah malam.


