Labelisasi kelompok atau individu sebagai teroris kerap bermuatan kepentingan politik.
Dengan perasaan antusias, Mohammad Abdul Hai naik ke kereta yang membawanya dari Kota Jodhpur, Rajasthan ke Kota Surat, Gujarat, India, pada 26 Desember 2001. Di Surat, Hai bakal menghadiri seminar membahas pendidikan Muslim selama tiga hari.
Seminar itu dihelat All India Minority Education Board. Ketika itu, Hai merupakan salah satu pengajar di Jai Narain Vyas University, Jodhpur. Selama seminar berlangsung, Hai bersama sekitar 120 aktivis dan akademikus tinggal di Rajeshree Hall, sebuah bioskop di Surat.
Yang tak terduga terjadi pada hari kedua seminar. Rajeshree Hall digerebek polisi. Hai bersama semua penghuni ditangkap. Polisi menggunakan Unlawful Activities Prevention Act (UAPA) untuk menggulung Hai dan kawan-kawan.
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Hai dan kawan-kawan dituding sebagai anggota Students Islamic Movement of India (SIMI). Tak lama setelah Al Qaeda melancarkan serangan yang meluluh-lantakkan gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, SIMI dicap sebagai organisasi teroris versi pemerintah India.
Hampir dua puluh tahun setelah peristiwa itu, tepatnya pada 6 Maret 2021, pengadilan di Gujarat memutuskan Hai dan seluruh peserta seminar tak bersalah. Meski namanya kini bersih, bagi Hai, putusan itu tiba dengan sangat terlambat.
"Kasus ini telah memunculkan begitu banyak persoalan bagi kami dan keluarga kami. Sejumlah korban kehilangan pekerjaan di pemerintahan dan sebagian bahkan tak bisa lagi mendapat pekerjaan selama bertahun-tahun," kata Hai.