Kominfo: Jaga tangan, jari, dan hati di era digital

Ketidakarifan penggunaan media sosial telah membuat bangsa Indonesia saling membenci atas perbedaan pandangan politik.

Ilustrasi. Pixabay

Media sosial telah memperluas keterlibatan publik dalam berbagai perang wacana termasuk perang wacana politik. Namun ketidakarifan penggunaan media sosial telah membuat bangsa Indonesia saling membenci atas perbedaan pandangan politik.

Cukup banyak hate speech dan ujaran kebencian yang sangat tidak menguntungkan bagi bangsa yang ingin segera beranjak menjadi negara maju. Apalagi ujaran kebencian di media sosial ini sudah merambah ke dunia nyata.

Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa Widodo Muktiyo mengatakan, kehidupan masyarakat sudah memasuki tatanan baru yang biasa disebut masyarakat informasi. Di mana transformasi makin cepat perkembangannya, makin tinggi, dan membawa implikasi kepada masyarakat untuk bisa mensikapi sesuatu dengan sebaik-baiknya.

“Saya mengambil suatu ilustrasi filsuf dari Prancis yang mengatakan, informasi yang kita terima itu, merupakan sebuah makanan yang mencerahkan dan menyehatkan bagi jiwa. Ini tentu menjadi harapan semua. Namun pada sisi yang lain, kita juga mengenal apa yang disebut dengan informasi yang jika penggunanya tidak hati-hat,i akan menjadi racun yang mengganggu di dalam jiwa,” ucapnya dalam webinar dengan tema Cerdas Berdemokrasi: Jaga jempol, Jaga Hati, Jaga Indonesia melalui kanal Youtube Kemkominfo TV, Kamis (1/4).

Oleh sebab itulah, sebagai masyarakat yang baik, harus peduli dengan bangsa dengan mewujudkan satu tatanan masyarakat informasi, yang menjadikan informasi itu sebagai 'makanan' yang sehat. Sehingga bangsa Indonesia dapat masuk tatanan peradaban Society 5.0 (Super Smart Society). Peradabannya maju, tetapi kemanusiaannya makin cerdas untuk mengantisipasi perkembangan zaman.