Kriminolog soroti pakaian polisi dalam penanganan demonstrasi

Personel mungkin suka memakainya karena membuat mereka lebih gagah dan percaya diri.

Kriminolog Reza Indragiri Amriel. Youtube

Kriminolog Reza Indragiri Amriel mengatakan, yang kerap terabaikan dalam penanganan demonstrasi, adalah pengaruh "kostum ala robot" terhadap kemungkinan munculnya perilaku brutal polisi. Misalkan saja dalam penanganan demonstrasi seperti aksi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja di berbagai daerah, beberapa hari lalu.

Kostum semacam itu membuat keamanan polisi memang lebih terjamin. Namun, studi tidak melihat adanya dampak kostum dan peralatan ala militer terhadap penurunan kekerasan dari pihak lain dan keamanan personel sendiri.

"Personel mungkin suka memakainya karena membuat mereka lebih gagah dan percaya diri. Pemakaian penutup wajah juga didorong oleh wabah coronavirus," ujarnya secara tertulis kepada Alinea.id, Sabtu (10/10).

Pakaian dengan pengamanan ekstra memang dibutuhkan. Akan tetapi, kemunculan polisi dengan kostum seperti itu bukan tanpa ekses. Sebab, yang bisa terjadi adalah munculnya kesan kuat situasi amat berbahaya, bahkan mengarah ke zona perang.

"Ini bisa memengaruhi psikologi masyarakat, yaitu memantik kesiagaan ekstra termasuk untuk menghadapi 'peperangan' sekaligus menurunkan kepercayaan publik bahwa polisi siap untuk melakukan pengendalian dengan cara-cara humanis," jelasnya.