Luncurkan otobiografi, Syarif tak ingin jadi beban sejarah

Syarif mengaku sangat bersahabat dengan mantan Gubernur DKI, Ahok. Meskipun, sering berbeda pendapat.

Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, Syarif (kiri). Dokumentasi DPRD DKI Jakarta

Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI Syarif meluncurkan buku autobiografi di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat pada Rabu (14/10) malam. Dalam acara itu hadir Gubernur DKI Anies Baswedan, Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria, Wakil Ketua DPRD DKI Mohamad Taufik.

Awal sambutan, Syarif mengaku, banyak yang bertanya soal judul bukunya, yaitu 'Tangis Tawa Senyum Catatan Aktivis Tanpa Angkatan'. Dia menginginkan, selama hidupnya tidak memiliki beban sejarah seperti halnya aktivis 1998, yang kini banyak mengemban amanah sebagai pejabat negara.

"Buku ini judulnya banyak orang bertanya maksudnya apa? Maksudnya, adalah ketika saya menulis, saya tidak ingin menjadi beban sejarah. Saya bukan angkatan 1998, angkatan 1990 juga bukan dan angkatan 1995 juga bukan," kata Syarif dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/10).

Ketika lulus kuliah di IAIN Jakarta 1996, Syarif mengaku, masih demo supaya menyalurkan aspirasi. "Jadi, saya tidak ingin menanggung beban sejarah yang saat ini pentolan-pentolan aktivis 1998 menjadi pejabat, karena itu saya ingin menyebut diri saya sebagai aktivis tanpa angkatan," jelasnya.

Syarif juga menyinggung, mengenai judul bukunya dengan tiga kata sifat yaitu Tangis Tawa Senyum. Dia berharap, ketiga kata itu dapat diperoleh selama di dunia hingga akhir hayatnya.