Mantan Kepala BNN prihatin dengan besarnya tangkapan narkoba

Pengungkapan oleh aparat menunjukkan bahwa permintaan terhadap narkoba masih tinggi.

Kapal pengangkut 1,8 ton sabu yang ditangkap Polri dan Bea Cukai/Istimewa

Dalam rentan 20 hari, aparat berhasil menggagalkan 3,1 ton sabu yang akan diedarkan di Indonesia. Diawali oleh aksi TNI Angkatan Laut dan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 10 Februari lalu, mereka menyita 1,3 ton sabu dari kapal berbendera Singapura. Selanjutnya, pada 20 Februari, giliran Polri dan Bea Cukai meringkus empat warga negara Taiwan yang membawa 1,8 ton sabu.

Namun, mantan Kepala BNN Komjen (Purn) Anang Iskandar mengaku prihatin dengan pengungkapan itu. Tanpa bermaksud mengecilkan kehebatan para aparat, ia menyebut pihak yang melakukan penyalahgunaan narkotika tidak mendapatkan hak sembuh melalui rehabilitasi terhadap sakit adiksi yang dideritanya. Sedangkan maraknya narkoba yang masuk di Indonesia, merupakan pertanda bahwa bisnis narkotika sangat laku lantaran banyaknya penyalahguna.

“Penelitian BNN pertama, jumlah penyalahguna ada 1,5 juta, sekarang penyalahgunanya sudah mendekati 6 juta,” terang Anang saat berbincang dengan Alinea, Rabu (21/2).

Berdasarkan hasil survei penyalahguna dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa di 18 provinsi yang dilakukan BNN pada 2016 silam, disebutkan bahwa laki-laki lebih berisiko memakai narkoba dibandingkan perempuan dengan rasio 4:1. Pola tersebut relatif tidak berubah dalam satu dekade terakhir. Sedangkan pelajar menempati proporsi terbesar sebagai kelompok yang mencoba memakai narkoba dengan kisaran 54% - 85% dalam satu dekade terakhir.

Merujuk pada survei itu, Anang menyebut permintaan terhadap narkotika dalam sepuluh tahun terakhir naik hampir 400%.