Mengikis beban psikologis pasien Covid-19

Tak hanya memulihkan kondisi fisik, pasien Covid-19 pun berjuang untuk tidak stres karena diisolasi.

Ilustrasi pasien Covid-19. Alinea.id/MT Fadillah.

“Saya stres. Ya, karena keadaan baru aja sih dan enggak ada penjenguk,” kata Hendaru Tri Hanggoro saat dihubungi reporter Alinea.id, Kamis (17/9).

Selama sembilan hari—dari 22 hingga 30 April 2020—Hendaru dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit (RS) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Kondisi tertekan dialami Hendaru di hari pertama. Selama tujuh hari, ia hanya sendirian di ruang isolasi berukuran sekitar 8 x 8 meter, sebelum di hari berikutnya masuk beberapa pasien Covid-19. Tekanan psikologis muncul kembali karena ia diberi obat chloroquine, yang masih dalam tahap uji coba untuk pasien Covid-19.

“Jadi kebayang tentang berita orang yang mati karena minum choloroquine,” ujarnya.

Pengecekan oleh dokter dilakukan setiap pukul 10.00 WIB. Namun, komunikasi sangat minim. Percakapan lebih banyak dilakukan melalui grup WhatsApp yang terhubung ke tenaga kesehatan di rumah sakit itu.