Mulyanto kecam BRIN setop riset PUNA MALE: Ini adalah bentuk kemalasan

“Ini, kan, langkah yang kontraproduktif dalam bingkai membangun kemampuan teknologi hankam nasional."

Purwarupa PUNA MALE Elang Hitam, drone yang dikembangkan BPPT, dihentikan risetnya oleh BRIN. Dokumentasi BPPT

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghentikan riset Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV/drone) tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) dan mengalihkan anggaran untuk mengimpor drone bersenjata dari Baykar, Turki. Keputusan ini dinilai tidak masuk akal dan berpotensi merugikan negara, termasuk pengembangan riset teknologi militer.

Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, menjelaskan, impor drone dari Turki juga melukai perasaan para peneliti dan periset Indonesia. Sebab, teknologi tersebut dapat dirancang dan diproduksi ilmuwan-ilmuwan dalam negeri mengingat PUNA MALE sempat berstatus sebagai riset unggulan dan prioritas nasional. 

“Ini adalah bentuk kemalasan dan masa bodoh pemerintah atas pengembangan teknologi hankam (pertahanan dan keamanan) dan kedirgantaraan nasional,” kata Mulyanto, Rabu (1/3).

“Kasus ini, kan, membuat kita berang. Betapa pemerintah senangnya hanya jalan pintas: impor produk bangsa lain, sementara alergi dengan riset dan inovasi anak bangsa,” imbuhnya. 

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun mensinyalir keputusan impor drone dari Turki sebagai program pelemahan riset nasional. Alasannya, pemerintah sebelumnya membubarkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang merupakan mandat undang-undang.