Novel Baswedan: Saya sedih karena koruptor menang

Novel mengaku tidak ingin larut dalam kesedihan atas putusan rendah kedua pelakunya.

Penyidik senior KPK, Novel Baswedan (tengah) bersama Ketua Komisi Kejaksaan, Barita LH Simanjuntak (kiri), memberikan keterangan pers di Kantor Komjak, Jakarta, Kamis (2/7/2020). Alinea.id/Ayu Mumpuni

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, yang menjadi korban penyiraman air keras mengaku, tidak akan mengambil langkah hukum lanjutan atas tuntutan rendah kedua pelakunya. Langkah itu diambil karena Novel telah memaafkan perbuatan pelaku.

"Untungnya sejak awal enggak pernah saya masukkan ke dalam hati hal ini. Jadi, saya tak pernah merasa hal begitu karena saya sudah maafkan pelaku. Jadi terkait dengan apa yang bisa saya lakukan, sebagai warga negara saya tidak bisa ngapa-ngapain," ujar Novel, kepada wartawan, Jumat (17/7).

Di samping itu, dia merasa tidak bisa mengambil langkah hukum lantaran haknya diwakilkan jaksa penuntut umum (JPU). "Celakanya, JPU justru berpihak kepada terdakwa. Jadi makin sial lah saya sebagai korban warga negara Indonesia ini," papar Novel.

Terlepas hal itu, Novel mengaku tidak ingin larut dalam kesedihan atas putusan rendah kedua pelakunya. Namun, dia sedih akan risiko yang tinggi dalam memberantas korupsi di Indonesia.

"Saya bersedih ternyata tidak ada perlindungan hukum dari negara ketika memberantas korupsi. Tentunya saya juga bersedih ketika koruptor seperti menang. Mereka justru merasa bisa berbuat lebih jahat lagi ke depan dan bisa mengancam aparatur yang bekerja memberantas korupsi," terang Novel.