Tepis coronavirus, pedagang sebut cara konsumsi kelelawar berbeda dengan China

Cara mengonsumsi kelelawar di Indonesia bukan diolah menjadi sup seperti di China.

Kelelawar gua tertangkap kamera/Foto Pixabay

Beredarnya isu coronavirus yang menyebar melalui kelelawar atau jenis codot (Jawa) tak membuat khawatir pedagang di Pasar Burung Depok Solo, Jawa Tengah.

Haerulloh (40) salah satu pedagang setempat menyebut kelelawar banyak dicari warga karena diyakini bisamenyebuhkan penyakit asma atau sesak nafas.

"Pedagang di Solo tidak khawatir karena kasus virus itu, di Indonesia belum ada. Selain itu, cara mengonsumsi di Indonesia bukan untuk makanan seperti sup di China, tetapi untuk pengobatan alternatif penyakit," tutur Haerulloh di Pasar Burung Depok Solo, Jateng, Senin (27/1).

Para pedagang di pasar Depok, sambung dia, sebenarnya sudah banyak yang mendengar soal berita kelelawar diduga menjadi penyebab virus corona di China itu, tetapi hingga sekarang belum ditemukan adanya kasus virus khususnya di wilayah Solo.

Harga jual kelelawar kecil alias codot, lanjut Haerullah, Rp10.000 per ekor, sedangkan yang berukuran besar atau kalong mencapai Rp100.000 per ekor. Jumlah kelelawar yang dijual kini mencapai 60 ekor, dan didatangkan dari penjaring lokal Solo.