Pelatihan teknis di Jepang: Peserta lain enggan datang, Indonesia justru meningkat

Depresiasi mata uang Jepang juga menambah beban keuangan bagi peserta pelatihan teknis asing yang terlilit hutang akibat biaya migrasi.

Menaker Ida Fauziyah berbicara di Tokyo. Foto KYODO

Jumlah peserta pelatihan teknis Indonesia di Jepang meningkat saat penurunan nilai mata uang yen baru-baru ini terhadap dolar AS dan mata uang lainnya telah membuat peserta pelatihan dari beberapa negara lain enggan datang ke Jepang.

Pergeseran demografis dalam program pelatihan teknis asing Jepang juga terjadi sebagai akibat dari perbedaan biaya bagi peserta pelatihan untuk datang ke Jepang. Warga Indonesia membayar lebih rendah daripada orang dari Vietnam dan negara lain, misalnya, menurut pakar pekerja asing.

Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Layanan Imigrasi Jepang pada tahun 2022, orang Vietnam membayar jumlah tertinggi kepada agen dan kelompok perantara untuk melakukan perjalanan ke Jepang dengan rata-rata ¥688.143 ($5.200), sedangkan orang Indonesia membayar ¥235.343. Jumlah rata-rata yang dibayarkan oleh peserta pelatihan asing adalah ¥542.311.

“Kami telah mulai mendengar organisasi pengawas mengklaim semakin sulit untuk menarik kandidat Vietnam,” kata Kosuke Yamazaki, asisten manajer departemen penjualan dan pemasaran di Unidos yang berbasis di Tokyo, operator layanan pengiriman uang Kyodai Remittance.

Sementara Vietnam masih merupakan segmen terbesar dari populasi peserta pelatihan asing pada akhir Juni, dengan jumlah mereka mencapai 181.957, naik 13,3% dari akhir 2021, trainee Indonesia melonjak 56,7% menjadi 39.177, menurut agensi.