Pengamat yakin Bjorka merupakan kelompok

Bjorka dinilai semacam kelompok karena dikalangan hacker, banyak memiliki komunitas yang secara pribadi tidak saling kenal.

Ilustrasi. Pixabay

Direktur Global Cyber Watch Rif’an Wahyudi mengatakan, cyber security di pemerintah maupun lembaga lainnya sangat lemah. Dapat dikatakan dari skala 1 sampai 10, Indonesia ada di skala 3. Itu artinya, kelemahan pengamanan di Indonesia memang tidak baik dan tidak aneh juga terjadinya pencurian data-data penting yang dilakukan oleh Bjorka. Hal itu diungkapkan Rif’an, dalam diskusi secara daring yang bertajuk “Thriller Bjorka, Kemana Ujungnya?” oleh Kasepuhan TV, Jumat (16/9).

Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa perlu ada upaya Indonesia untuk mengetahui siapa pelaku dibalik nama samarannya yaitu, Bjorka. Pasalnya, apa yang dilakukan Bjorka cenderung memiliki motif keuntungan pribadi.

Bjorka sendiri dinilainya semacam kelompok karena dikalangan hacker, banyak memiliki komunitas yang secara pribadi tidak saling kenal. Kemunculan akun twitternya yang berganti-ganti karena disuspen menjadi indikasi itu.

"Dari segi nama ini dari Eropa Timur. Lokasi akun media sosialnya berlokasi di Warsawa, Polandia. Tetapi saya yakin ini tidak hanya satu oknum. Akan banyak dari mereka yang akan mengaku menjadi Bjorka," papar dia.

Dari sisi kemunculan, fenomena  Bjorka seolah-olah mengalihkan isu yang sekarang sedang menjadi tren di Indonesia. Tetapi bisa juga tidak, karena dari segi sasaran peretasan pembobolan data, ternyata rata. Hal itu terlepas dari apakah data yang didoxing hanya mempermalukan otoritas yang bertanggung jawab.