Pengembangan sistem transportasi Jabodetabek masih terkotak-kotak

Belum terintegrasinya sistem transportasi di Jabodetabek mengakibatkan perjalanan lebih lama, mahal, dan kurang nyaman.

Sejumlah penumpang berjalan keluar dari Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Jakarta, Senin (17/2/2020). Foto Antara/M. Risyal Hidayat.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan pihaknya bersama para pemangku kepentingan terus berupaya menyediakan layanan transportasi perkotaan yang andal di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Dari sisi jumlah penduduk dengan mayoritas usia produktif, kebutuhan mobilitas di Jabodetabek perlu diakomodir melalui penyediaan layanan transportasi yang prima. Upaya integrasi antarmoda tersebut, jelas Menhub, dilakukan melalui berbagai inovasi.

"Untuk menciptakan mobilitas yang mulus tanpa hambatan (seamless mobility) dan berkelanjutan bagi masyarakat,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Teknis bertajuk “Integrasi Transportasi Menuju Seamless Mobility”, Senin (22/11).

Dijelaskan Menhub, wilayah Jabodetabek sebagai kawasan aglomerasi terbesar se-Asia Tenggara berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Dengan adanya kemudahan layanan transportasi publik, ketergantungan dan kepercayaan masyarakat pada angkutan umum akan meningkat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah (share) pengguna,” lanjutnya.