Petaka tinja di kampung kumuh Rawa Bunga

Warga di kampung kumuh Rawa Bunga berharap nasib mereka diperhatikan Gubernur Anies.

Kolase foto kondisi warga di perkampungan kumuh Rawa Bunga. Alinea.id/Kudus Purnomo Wahidin

Bau busuk menguar dari celah-celah saluran air tepat di depan petak-petak rumah di RT 007/02 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (31/8) siang itu. Disorot berkas-berkas sinar matahari, air got yang pekat tampak mengkilat. Sampah dan tinja terlihat menumpuk di beberapa tempat. 

Sejak dulu, tak ada tangki septik (septic tank) di RT itu. Kamar mandi pun hanya ada beberapa buah. Itu pun dibangun berderet di atas saluran air di salah satu lorong yang menghubungkan rumah-rumah warga. Selain sampah yang dibuang dari rumah warga, semua kotoran dari kamar mandi berkumpul di saluran air. 

"Jadi, kotoran ini enggak ditampung di septic tank karena memang pertama enggak ada lahan. Terus enggak ada biaya juga. Karena rata-rata pendapatan warga di sini di bawah standar," ucap pengurus RT 07/02 Rawa Bunga, Ridwan Arif, saat menemani Alinea.id berkeliling di permukiman kumuh tersebut. 

Ada 20 petak rumah super mungil di RT tersebut. Saking kecilnya rumah-rumah itu, sebagian warga memanfaatkan lorong di depan rumah sebagai tempat menyimpan kompor dan ember. Sejumlah warga juga menjemur pakaian pada tali-tali yang teruntai di dinding lorong. 

Arif mengatakan, setiap rumah rata-rata diisi tiga hingga lima kepala keluarga. Para pemilik rumah rata-rata masih berkerabat dan telah tinggal di permukiman itu selama puluhan tahun. "Jadi, ini memang tanah keluarga," kata pria berusia 36 tahun itu.