Tahun 2023 dinilai sebagai tahun berat dan gelap karena dihantui tekanan dan potensi ancaman multimatra yang tidak mudah.
Publik, khususnya kelas menengah intelektual, yakin Polri mampu mengantisipasi potensi ancaman kerawanan nasional akibat konflik horizontal, yang akan meningkat tajam pada tahun politik. Ini terekam dalam hasil survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI).
LPI berpendapat, kelas menengah intelektual merupakan faktor determinan. Dalihnya, memiliki kemampuan membaca situasi secara lebih rasional dan objektif.
Secara kumulatif, Polri merupakan institusi di peringkat ketiga yang paling dipercaya publik dari 10 besar kementerian/lembaga negara dalam mengantisipasi potensi ancaman nasional 2023. Dalam interval skala penilaian 0-3 untuk 38 kementerian/lembaga, nilai agregrat Polri mencapai 2,9045, berbeda tipis dengan institusi TNI (2,9050) yang berada di tempat kedua dan BIN (2,9100) di posisi teratas.
LPI membuat empat indikator ancaman, antara lain, stabilitas nasional dan ancaman resesi ekonomi, politik identitas, kekerasan horizontal dan separatisme Papua, serta terorisme dan ancaman ideologi. Untuk indikator kekerasan horizontal, Polri di peringkat pertama dengan nilai 2,93.
Dari indikator tersebut, LPI mengajukan pertanyaan tentang faktor penyebab ancaman tersebut sekaligus ingin mengukur keyakinan responden atas munculnya potensi kekerasan antarpendukung partai dan kandidat pada 2023. Sebanyak 27,5% responden menjawab dipicu faktor politik, lalu faktor sosial 26,25%, ideologi 24%, dan ekonomi 22,25%.