Saat milenial 'terjebak' di rusun sempit dan sumpek DKI 

Banyak kaum milenial yang terpaksa tinggal bersama orang tuanya di rusun karena tak punya duit untuk beli rumah.

Suasana Blok Mawar Rusunawa Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (23/7). Alinea.id/Kudus Purnomo Wahidin

Bulir-bulir keringat terlihat masih membasahi kening Nina Nur'ani. Sejak pagi, Nina pontang-panting menyusun ulang letak perabotan di unit tempat ia tinggal di Blok G Rusunawa Pesakih, Daan Mogot, Jakarta Barat. Baru menjelang petang, Nina bisa keluar rumah untuk "nongkrong" bersama penghuni lainnya. 

"Capek banget. Ini saya baru kelar dari pagi. Sumpek karena kebanyakan barang. Dari dua tahun lalu, adik saya yang perempuan itu sama suaminya tinggal di sini. Rumah jadi makin sempit," kata Nina saat berbincang dengan Alinea.id di Rusunawa Pesakih, Selasa (19/7). 

Nina menghuni Rusunawa Pesakih sejak 2015. Sebelumnya, Nina bersama keluarga besarnya tinggal di Kapuk, Jakarta Utara. Ia terpaksa pindah ke rusun lantaran rumah orang tuanya digusur Pemprov DKI Jakarta. "Katanya gratis waktu itu. Eh, ternyata gratisan cuma setahun saja. Kemarinya bayar," ujar Nina.

Di unit yang hanya seluas lapangan bulutangkis itu, ada lima kepala. Selain Nina beserta suami dan anaknya yang baru berusia tiga tahun, unit itu kini dihuni oleh adik Nina dan suaminya. Sebelumnya, ayah dan ibu Nina juga tinggal di situ. Namun, ayah Nina meninggal dua tahun lalu. 

"Ibu saya balik ke Kapuk. Ngontrak di sana. Tapi, adik saya masih di sini. Awal-awal mah sumpek banget karena kan kita bukan cuma badan doang, ada barangnya juga. Tidur juga susah karena kita baru digusur," ungkap Nina.