Ambisi senjata nuklir Sukarno, gagalnya pembangkit listrik Soeharto

Sukarno pernah berencana melawan neokolonialisme dan neoimperialisme dengan senjata nuklir.

Ilustrasi PLTN. Alinea.id/Muji Prayitno.

Dalam acara 4th International Conference on Nuclear Energy Technologies and Sciences yang disiarkan secara virtual, Rabu (8/9), peneliti senior di organisasi riset tenaga nuklir Badan Riset dan Inovasi nasional (BRIN) Anhar Riza Antariksawan menjelaskan, Indonesia harus menyiapkan energi nuklir sebagai bagian dari rencana aksi mencapai sistem energi dengan emisi nol bersih.

"Suatu studi menunjukkan bahwa energi nuklir adalah bagian dari sumber energi yang paling aman dan bersih," katanya, seperti dikutip dari Antara, Rabu (8/9).

Di sisi lain, hingga medio 2020, kata mantan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) itu, kapasitas pembangkit listrik bertenaga energi baru terbarukan sekitar 10.400 megawatt. Sementara kontribusi energi baru terbarukan dalam bauran energi primer pembangkit listrik pada 2019 baru 9,15%. Angka tersebut masih jauh dari target, sebesar 23% pada 2025.

Atas dasar itu, nuklir menjadi pilihan energi baru terbarukan. Kalimantan Barat dipilih sebagai lokasi berdirinya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) kelak karena menurut Anhar Riza, seperti dikutip dari Antara, 28 Agustus 2021, di antara semua pulau di Indonesia, risiko bencana alam di lokasi itu paling kecil.

Menciptakan senjata