Siasat sopir omprengan lepas dari jerat ganjil genap

Para sopir angkutan punya beragam cara agar lepas dari kebijakan ganjil genap.

Petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyosialisasikan perluasan aturan ganjil genap di Jalan Suryopranoto, Jakarta Pusat, Senin (12/8)./ Antara Foto

Para sopir angkutan omprengan menilai kebijakan ganjil genap yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mudah disiasati. Mereka juga menganggap kebijakan ini tidak efektif mengatasi kemacetan.

"Biasanya saya kucing-kucingan sama polisi atau petugas Dishub di area ganjil-genap pada jam sibuk," kata Dedi Undi, seorang sopir omprengan di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Selasa (13/8).

Dedi biasa mangkal di Simpang Galaxy, Kota Bekasi. Bersama sekitar 50 orang rekan seprofesi, ia mengantarkan para penumpang yang didominasi para pekerja, ke kawasan Blok M, Kuningan, Grogol, atau MH Thamrin di Jakarta.

Berbeda dari Dedi, Monang punya cara lain untuk menyiasati ganjil genap. Ia memilih untuk menyiapkan dua pelat nomor di dalam kendaraannya, masing-masing bernomor akhir ganjil dan genap.
 
"Pelat nomor yang saya pakai hari ini ganjil. Sebenarnya ini pelat nomor kendaraan adik saya, karena hari ini kebetulan tanggal ganjil. Besok saya pakai pelat yang asli (genap)," katanya.

Sudiman, seorang sopir angkutan omprengan berusia 65 tahun, mengaku pernah ditilang petugas di lintasan ganjil-genap. Namun dia mengaku punya cara efektif untuk mengatasi persoalan hukum ini.
 
"Kalau lagi apes-apesnya (tertangkap petugas), paling saya kasih Rp100.000, terus dilepas," ujarnya.