Survei: 64% masyarakat hanya bisa bertahan hidup 2 bulan

Dalam 2 sampai 3 bulan ke depan, pengangguran akan bertambah 25 juta akibat kegiatan usaha terhenti.

Warga melepaskan burung merpati tak jauh dari permukiman bantaran sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Rabu (15/4). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap proyeksi pemerintah terhadap angka kemiskinan naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen pada tahun ini akibat pandemi Covid-19. Foto Antara/M Risyal Hidayat/foc.

Imbas pandemi Covid-19 sangat dirasakan masyarakat. Berdasarkan survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), sebesar 64% responden menyatakan hanya bisa bertahan kurang dari dua bulan. Kemudian, 18% responden menyatakan bisa bertahan dua hingga empat bulan.

Peneliti Lembaga Demografi FEB UI, Zainul Hidayat, mengungkapkan, sebesar 57,24% responden pekerja bebas memilih tinggal di rumah, menunggu pandemi Covid-19 mereda. Lalu, 19,46% memilih alih usaha.

Nyaris 30% pekerja bebas bertahan hidup dengan mengandalkan sumber pendapatannya berasal dari pekerjaan saat ini. Masing-masing lebih dari 20% mengaku menerima bantuan keluarga dan menggunakan tabungannya.

"Yang pendapatan di atas Rp7 juta itu bisa menabung," ucap Zainul dalam diskusi virtual, Rabu (20/5).

Sekitar kurang dari 10% responden pekerja bebas memilih menjual aset. Strategi bertahan hidup dengan mencari pinjaman juga dalam persentase serupa. Lebih sedikit lagi, persentase terkait bertahan hidup dengan mengandalkan bantuan pemerintah, apalagi masyarakat.