Sengsara warga tatkala banjir jadi tradisi di Bekasi 

Hingga kini, Bekasi belum punya sistem pengendalian aliran air sungai yang mumpuni.

Air menggenang di jalanan Gang Cue, Duren Jaya, Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/3). Alinea.id/Kudus Purnomo Wahidin

Menyaksikan langit yang kian gelap, Sarmili, 57 tahun, buru-buru membereskan perkakas yang berserakkan di depan gudangnya di Gang Cue, RT 06, RW 01, Duren Jaya, Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/3). Meskipun pekerjaannya belum rampung, Sarmili tak mau ambil risiko. 

"Soalnya, kayaknya bentar lagi mau hujan. Bisa tinggi air di sini. (Tinggi air) bisa sepinggang biarpun hujan enggak gede. Gimana enggak pusing?" kata Sarmili saat berbincang dengan Alinea.id di Gang Cue. 

Sore itu, Sarmili mendapat pesanan pekerjaan memperbaiki meja dagang milik seorang penjual sayur di Pasar Baru Bekasi. Berbasis pengalamannya selama dua tahun terakhir, ia paham harus segera "mengungsi" saat hujan melanda Gang Cue. 

Terletak di cekungan dan dikepung dataran tinggi Pasar Baru Bekasi, Gang Cue mudah terendam air. Menurut Sarmili, jika hujan deras melanda hingga lebih tiga jam, semua rumah di Gang Cue bahkan tidak bisa ditempati. 

"Pada ditinggal sementara rumah kalau air sepinggang. Kata orang Kecamatan Duren Jaya, gorong-gorong air buat di kali (Bekasi) ini bermasalah. Makanya, air enggak ketahan di sini. Lama-kelamaan banjir," ujar Sarmili.