Walhi kritik penanganan Covid-19

Upaya kesiapsiagaan di wilayah zona merah Covid-19 saja tanpa diberi informasi jelas, apalagi yang belum terpapar.

Petugas medis dari tim gugus tugas COVID-19 melakukan pemeriksaan suhu tubuh sejumlah pedagang di Pasar Botania 2, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (15/5).Foto Antara/M N Kanwa/pras.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengkritik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang berfokus hanya pada kegiatan siaga darurat dan tanggap darurat saja. Kesiapsiagaan dan rehabilitasi dalam penanganan Covid-19 masih dipertanyakan. Upaya kesiapsiagaan di wilayah zona merah Covid-19 saja tanpa diberi informasi jelas, apalagi yang belum terpapar.

Ketua Panitia Kerja Darurat Ekologis Penanganan Covid-19 Walhi Edo Rakhman, mengatakan, tiada upaya maksimal pemerintah pusat untuk menyelematkan 122 wilayah kabupaten/kota yang belum terpapar. Bahkan, pada tahapan koordinasi strategis dengan pemerintah daerah kabupaten/kota tersebut.

Padahal, data kasus positif Covid-19 terus menunjukkan peningkatan signifikan. Bahkan, sudah mencatat rekor tertinggi penambahan pada 21 Mei 2020 dengan 973 kasus baru.

“Kita belum melewati puncak pandemik Covid-19 ini dan logikanya tentu akan terus bertambah jumlah terpapar. Tetapi, di sisi lain wacana ‘The New Normal’ sudah digulirkan dan juga PSBB dilonggarkan. Ini tentu sangat menyakiti pengorbanan para dokter, tenaga medis, perawat yang terus berada digarda terdepan untuk menyembuhkan para pasien. Imbauan untuk terus berada di rumah, menjaga jarak, menggunakan masker seakan tidak tepat lagi untuk diterapkan,” ujar Edo dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/5).

Sementara itu, Perwakilan Eksekutif Daerah Walhi Regional Sumatera Roy Komba mengatakan, wilayah rentan kebakaran hutan dan lahan seperti Sumatera Selatan tentunya akan semakin terancam jikalau dipaksa bersahabat dengan wabah Covid-19.